IDENTIFIKASI MODEL PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN USIA DINI

Windisyah Putra

Abstract


Pendidikan khusus merujuk kepada Pendidikan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa. Ada beberapa model pembelajaran dapat diaplikasikan untuk melihat apakah model pembelajaran tersebut sesuai diaplikasikan pada peserta didik yang memiliki kecerdasan khusus. Artikel ini melaporkan hasil dari penelitian mengguanakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif analisis untuk mengetahui model pembelajaran terhadap minat anak dan menjadi bahan pertimbangan bagi TK Permata Bunda Takengon. Penelitian ini meliputi 3 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari kelas B semester genap. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan; (1) MY memiliki jenis ketunaan ADD (Attention Deficit Disorder) gangguan tingkah laku atau berkurangnya perhatian terhadap suatu obyek. Kecendrungan kecerdasan spasial visual dan memiliki gaya belajarnya visual (penglihatan) dengan model pembelajaran yang banyak menampilkan gambar dan lukisan; (2) AN memiliki jenis ketunaan slow leaner (lambat belajar), memiliki kecerdasan linguistic (bahasa) dan kecendrungan kedalam gaya belajar auditori (pendengaran) melalui model pembelajaran bercerita dan ceramah; dan (3) AA memiliki jenis ketunaan ADHD (Attention Deficit Hiperaktif Disorder) gangguan tingkah laku hiperaktif, memiliki kecenderungan kecerdasan kenistetik dan spasial visual. Sementara gaya belajarnya tactile/kinestetik (perabaan/gerakan) dan menerapkan model pembelajaran role play dengan mengamati langsung dan merasakan pelajarannya.


Keywords


anak berkebutuhan khusus, minat, usia dini

References


Azwar, S. (2018). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dennison, C. K. (2006). I am the Child-Akulah Anak Itu. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Gardner, H. (1993). Multiple Intellegences (The Theory in Practice). New York: Basic Book.

Gardner, H. (1999). Intellegence Reframed Multiple Intellegences for 21 st Century . New York: Basic Book.

Gunawan, A. W. (2007). Born to be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hena, S., Endah, K., & Hibana, S. S. (2022). Implementasi Pendidikan Inklusi pada Model Pembelajaran Sentra Imtaq Muslim di TK Talenta Semarang. Indonesian Journal of Early Childhood: Jurnal Dunia Anak Usia Dini, 4, 106. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35473/ijec.v4i1.1038

Huberman, M. B. (2009). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Meier, D. (2004). The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pendidikan. In R. Astuti, The Accelerated Learning Handbook (pp. 91-92). Bandung: Kaifa.

Moleong, L. J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Montessori, M. (2008). The Absorbent Mind: Pikiran Yang Mudah Menyerap. In Dariyatno, The Absorbent Mind (p. 11). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Norma, Y. (2021). Model Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi. Journal of Elementary School Education, 1, 19. https://doi.org/https://doi.org/10.52657/jouese.v1i1.1326

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryaningrum, C., Ingarianti, T. M., & Anwar, Z. A. (2016). Pengembangan Model Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pada Tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Malang. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 04, 64. https://doi.org/https://doi.org/10.22219/jipt.v4i1.2878

Sumiyati. (2011). PAUD Inklusi PAUD Masa Depan . Jogjakarta: Cakrawala Institute.

Umbara, C. (2010). Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara.




DOI: http://dx.doi.org/10.33578/pjr.v6i2.8620

Data citation

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang identifikasi bakat anak berkebutuhan khusus di TK Permata Bunda, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama model pembelajaran ABK sama dengan anak normal lainnya sehingga secara psikologi tidak merasa berbeda dengan anak normal lainnya; Kedua model pembelajaran ABK menekankan pada pendampingan, pelayanan, keamanan, kenyamanan, perkembangan dan sesuai dengan kebutuhannya; Ketiga model pembelajaran menekankan pada pembelajaran klasikal, pembelajaran sudut dan pembelajaran berdasarkan minat anak yang tertuang dalam kurikulum, silabus, rencana kegiatan mingguan dan rencana kegiatan harian; Keempat mengidentifikasi gaya belajar ABK berdasarkan minat disesuaikan dengan gaya belajarnya dan memperhatikan jenis ketunaan yang dimilikinya. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah (a) Diharapkan kepada pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan PERMENDIKNAS Nomor 70 Tahun 2009, agar mengadakan pelatihan terkait dengan pendidikan inklusi kepada para guru terutama guru yang berada di daerah; (b) Hendaknya guru menggunakan banyak pendekatan pembelajaran dan selalu dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan ABK; (c) Banyak hal yang turut mendukung berhasil-tidaknya program inklusi di antaranya SDM, pembiayaan, sarana dan prasarana yang masih minim, oleh karenanya diharapkan perhatian pemerintah dan masyarakat agar dapat membantu.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 JURNAL PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran)

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

JURNAL PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran)

Secretariat
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Gedung B1, FKIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam
Pekanbaru Riau Indonesia 28293
e-mail : pajar@ejournal.unri.ac.id